Kamis, 12 April 2018

Masih Enggan Manjadi MC? :)

Hidup atau redupnya suatu acara, lancar atau malah diharap segera bubarnya kegiatan banyak dipengaruhi bagaimana ‘playmaker forum’ berperanan. Dan sosok itu bernama MC (Master of Ceremony) alias pembawa acara.

Pengalaman kami 24 tahun silam sejak 1994 menjadi MC di berbagai forum, menyeruakkan keinginan kadang greget juga melihat masih banyak aktifis muda, kader kader Da'i, mahasiswa, bahkan orangtua yang kaku saat tampil atau sebagian malah menolak mentah-mentah walaupun katakanlah dibujuk orang se RT saat diminta sekedar jadi MC.

Kenapa? Apa karena meyakini menjadi MC tak berpahala? Kami kira tak  mungkinlah. Apa karena merasa tidak mampu? bisa jadi kebanyakan begitu.

Keengganan menjadi MC setelah kami simpulkan disebabkan 2 hal, pertama karena kekuatan keinginan yang masih lemah dan kedua belum terbiasa. Bukan mampu atau tak mampu.

Sejujurnya bukankah berbicara, menyampaikan dan mengarahkan itu adalah kebaikan yang bermanfaat serta bagian dari dakwah itu sendiri?

Ingatlah saat Alloh SWT bertanya kepada kita tentang *Ahsanu Qoula* dalam Al Qur’an Surat Fushilat (41) ayat 33. Siapa yang terbaik kata-katanya? Ternyata bila dia melakukan 3 kriteria yaitu...
 a. Mengajak kepada jalan Alloh (dengan perkataan/ucapan),
 b. Mengerjakan Amal Sholeh dan
c. Percaya diri/gagah mengatakan Aku Seorang Muslim yang siap mengatakan dan mengamalkan kebaikan dimanapaun dan kapanpun.

Oleh karena itu dalam konteks uraian ini, kenapa sebagian kita enggan jadi MC kapanpun dan dimanapun? Sangat ironis dengan ayat ayat  seruan Dakwah itu sendiri.

Sementara disisi lain adalah tak bijak pula apabila pada suatu komunitas/lembaga MC nya bertahun-tahun itu-itu saja. Kalau para ulama, tokoh, orangtua tak berfikir kaderisasi dan regenerisasi MC sudah barangtentu bukanlah orangtua bijak dan bertanggung jawab.

Kita perlu mendidik para pemuda, Kader Da'i yang siap menjadi pengarah acara dakwah dan berbagai event maslahiyah.

Semoga kita diberi petunjuk oleh Alloh SWT agar memikirkan MC.  Ibarat Pilot, bila kita sering tampil menjadi MC di berbagai forum maka itu adalah jam terbang yang akan semakin mematangkan.

Lantas alasan apa lagi kalau da’i dan para pemuda Islam tidak mau dimunculkan di ranah publik sekedar cuap cuap tanpa terbebani membawa materi yang berat layaknya dalam sebuah seminar ilmiah ???

MC itu jembatan kebaikan yang menyambungkan banyak kebaikan, membuat lalu lintas arahan para pemberi nasehat dengan masyarakat dan seterusnya.

Sebagai contoh dakwah rangsangan MC, adalah saat kami  mendesign  bagaimana Pesantren Tahfizh Qur'an Ibnu Katsir Jember mendapatkan 27 Motor Wakaf dan 27 hadiah Umroh  dan berbagai hasil fundrising untuk pembangunan peradaban Al Qur’an.

MC bisa bebas berkreasi, berinovasi dan melakukan motivasi, provokasi bahkan agitasi. Karenanya insyaAlloh menjadi MC adalah keputusan tepat yang menggiurkan di dunia akherat.

Asyik loh melihat orang tersenyum bahkan bangkit semangat gara-gara pengaturan kata-kata kita. Berjuta pintu amal sholeh bisa kita buka dengan silat lidah kita dan ini amazing. Kita banyak amal dengan sekedar menunjukkan amal apalagi kita turut melakukannya akan double bahkan multiple pahalanya, InsyaAlloh.

Lantas masih adakah alasan lain kita tak tertarik dan tak semangat menjadi MC? bukankankah Alloh SWT memerintahkan kita menyampaikan dan mensyukuri karunia verbal kita?

Mari kita telaah dan renungi kembali QS. Al Baqarah ayat 151 dan 152. Semoga bermanfaat. Wallohu ‘alam

(Agus Rohmawan, Ketua II PD IKADI Kabupaten Jember)

1 komentar: